Kamis, 15 Januari 2015

Menggapai Keluarga Bahagia

Keluarga bahagia bukanlah keluarga yang berdiri di atas ruang hampa. Justru ia menempatkan pondasi sebagai tempat berpijak yang kokoh, karena hendak membangun sebuah peradaban yang kokoh pula.
 
Tidak ada bangunan kokoh, jika pondasinya lemah. Semua bangunan tinggi menjulang ke langit, harus disertai pondasi yang kuat menghujam bumi.

Jika landasan berkeluarga hanya semata-mata materi, betapa mudah materi itu hilang dan musnah. Hari ini kaya raya, besok bisa menjadi orang miskin yang menderita. Hari ini memiliki banyak uang untuk membahagiakan pasangan, besok bisa merana karena tidak punya uang. Materi tidak bisa mengekalkan kebahagiaan, walaupun materi merupakan unsur penyusun kebahagiaan.

Jika landasan pernikahan hanyalah kecenderungan syahwat, maka betapa mudahnya syahwat itu menghancurkan kehidupan keluarga. Hari ini tertarik dengan seorang perempuan cantik lalu dinikahi, besok sudah bosan dan mencari wanita lain yang lebih cantik. Hari ini bertemu lelaki tampan lalu menikah, besok sudah bertemu lelaki lain yang lebih tampan.

Jika landasan pernikahan hanyalah gengsi atau popularitas, betapa mudah tergoyahkan.Hari ini menikah dengan bangsawan yang terhormat, besok bisa kecewa karena ada posisi lain yang dianggap lebih tinggi. Hari ini menikah dengan artis yang tengah naik daun, besok sudah menyesal karena ada politisi yang lebih ngetop.

Keluarga bahagia diawali pembentukannya dengan pernikahan yang didasarkan motivasi ibadah. Lelaki dan perempuan bertemu dalam ikatan sakral, berjanji atas nama Allah, diresmikan dalam lembar dokumen pemerintahan, dan disaksikan oleh keluarga serta masyarakat. Mereka bertemu dalam ritual pernikahan karena kepahaman dan kesadaran yang utuh, bahwa menikah merupakan ibadah untuk memenuhi amanah Ketuhanan dan risalah Kenabian.

Keluarga bahagia memahami sepenuhnya bahwa kebahagiaan itu datangnya dari dalam jiwa yang bersih, dari hati yang selalu bersyukur, dari pikiran yang selalu positif, sehingga segala sesuatu tampak jernih, bening, dan jelas.

Mudah menguraikan permasalahan yang datang, karena tidak mengedepankan ego dan emosi. Semua anggota keluarga memiliki keinginan untuk merealisasikan kebaikan dalam kehidupan, karena meyakini adanya pembalasan Allah.

Keluarga bahagia menjadikan motivasi ibadah sebagai pondasi dalam meniti hari-hari bersama semua anggota keluarga. Menjadikan tuntunan Allah sebagai pembimbing jalan kehidupan. Menjadikan Allah sebagai harapan untuk memberikan kekuatan, kebahagiaan, ketenangan, kesejahteraan, ketenteraman, kemuliaan dan keutamaan dalam hidup berkeluarga.

Itulah sebabnya, keluarga selalu merasakan kebahagiaan, karena dilandasi oleh syukur. Mereka merasakan ketenangan dalam kehidupan keluarga, karena dilandasi hati yang bersih. Mereka mendapatkan keindahan, karena selalu berpikir positif. Mereka merasa kuat, karena bersandar kepada Allah, Dzat Yang Maha Kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar