Keluarga
bahagia bukanlah keluarga yang berdiri di atas ruang hampa. Justru ia
menempatkan pondasi sebagai tempat berpijak yang kokoh, karena hendak
membangun sebuah peradaban yang kokoh pula.
Tidak ada bangunan kokoh, jika pondasinya lemah. Semua bangunan
tinggi menjulang ke langit, harus disertai pondasi yang kuat menghujam
bumi.
Jika landasan berkeluarga hanya semata-mata materi, betapa mudah
materi itu hilang dan musnah. Hari ini kaya raya, besok bisa menjadi
orang miskin yang menderita. Hari ini memiliki banyak uang untuk
membahagiakan pasangan, besok bisa merana karena tidak punya uang.
Materi tidak bisa mengekalkan kebahagiaan, walaupun materi merupakan
unsur penyusun kebahagiaan.
Jika landasan pernikahan hanyalah kecenderungan syahwat, maka betapa
mudahnya syahwat itu menghancurkan kehidupan keluarga. Hari ini tertarik
dengan seorang perempuan cantik lalu dinikahi, besok sudah bosan dan
mencari wanita lain yang lebih cantik. Hari ini bertemu lelaki tampan
lalu menikah, besok sudah bertemu lelaki lain yang lebih tampan.
Jika landasan pernikahan hanyalah gengsi atau popularitas, betapa
mudah tergoyahkan.Hari ini menikah dengan bangsawan yang terhormat,
besok bisa kecewa karena ada posisi lain yang dianggap lebih tinggi.
Hari ini menikah dengan artis yang tengah naik daun, besok sudah
menyesal karena ada politisi yang lebih ngetop.
Keluarga bahagia diawali pembentukannya dengan pernikahan yang
didasarkan motivasi ibadah. Lelaki dan perempuan bertemu dalam ikatan
sakral, berjanji atas nama Allah, diresmikan dalam lembar dokumen
pemerintahan, dan disaksikan oleh keluarga serta masyarakat. Mereka
bertemu dalam ritual pernikahan karena kepahaman dan kesadaran yang
utuh, bahwa menikah merupakan ibadah untuk memenuhi amanah Ketuhanan dan
risalah Kenabian.
Keluarga bahagia memahami sepenuhnya bahwa kebahagiaan itu datangnya
dari dalam jiwa yang bersih, dari hati yang selalu bersyukur, dari
pikiran yang selalu positif, sehingga segala sesuatu tampak jernih,
bening, dan jelas.
Mudah menguraikan permasalahan yang datang, karena tidak
mengedepankan ego dan emosi. Semua anggota keluarga memiliki keinginan
untuk merealisasikan kebaikan dalam kehidupan, karena meyakini adanya
pembalasan Allah.
Keluarga bahagia menjadikan motivasi ibadah sebagai pondasi dalam
meniti hari-hari bersama semua anggota keluarga. Menjadikan tuntunan
Allah sebagai pembimbing jalan kehidupan. Menjadikan Allah sebagai
harapan untuk memberikan kekuatan, kebahagiaan, ketenangan,
kesejahteraan, ketenteraman, kemuliaan dan keutamaan dalam hidup
berkeluarga.
Itulah sebabnya, keluarga selalu merasakan kebahagiaan, karena
dilandasi oleh syukur. Mereka merasakan ketenangan dalam kehidupan
keluarga, karena dilandasi hati yang bersih. Mereka mendapatkan
keindahan, karena selalu berpikir positif. Mereka merasa kuat, karena
bersandar kepada Allah, Dzat Yang Maha Kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar